Thursday, January 17, 2019

Kontroversi Bahaya Jaringan 5G Bagi Lingkungan Hidup

Pada awal tahun 2019 banyak teknologi baru yang mulai bermunculan, yang sedang hangat di bicarakan akhir-akhir ini adalah teknologi jaringan 5G. Teknologi 5G sendiri sudah ada pada tahun 2017, akan tetapi teknologi jaringan 5G baru di perkenalkan di akhir tahun 2018. Teknologi jaringan 5G sempat menjadi kontroversi di masyarakat, hal tersebut di karenakan dari serangkaian uji coba yang di asumsikan telah berdampak negative pada lingkungan hidup.
Pada serangkaian uji coba sinyal 5G di Belanda banyak temuan prilaku aneh pada unggas seperti bebek yang selalu mencelupkan kepalanya kedalam air secara berkala dan ratusan burung mati jatuh ke tanah. Walaupun belum bisa di pastikan penyebab fenomena tersebut adalah akibat dari uji coba  sinyal 5G akan tetapi fenomena matinya ratusan unggas ini bertepatan dengan uji coba sinyal 5G tersebut. 
Seperti jaringan internet pada umumnya Jaringan 5G juga menggunakan gelombang radio untuk menghantarkan data. Perbedaannya hanya pada kecepan, teknologi 5G ini bisa menghantarkan data dengan kecepatan 30 GB per detik. Kecepatan data ini berbanding lurus dengan panjang frekuensi, semakin besar kecepatan data semakin besar pula frekuensinya. 5G sendiri memiliki frekuensi di sekitar 20-100 GHz, padahal 4G hanyalah 1-3 GHz. Oleh karena itu teknologi 5G ini membutuhkan banyak tower pemancar yang berdekatan, hal tersebut bisa mengakibatkan masyarakat yang berada di lingkungan 5G ini akan terkepung golombang elektromagnetik ber frekuensi tinggi yang menyala selama 24 jam.
Hal tersebut di asumsikan dapat berefek pada kesehatan masyarakat. Manusia memiliki gelombang elektromaknetik pada organ-organ tubuh, jantung, hati, otak manusia berkisar pada frekuensi 8-10 Hz. Apabila tubuh manusia terus di hujani dengan gelombang elektromaknetik berfrekuensi tinggi sampai frekuensi 100 GHz maka hal tersebut tidak bisa di kategorikan dalan kondisi normal.

Oleh karana itu Badan Pemerhati Keanekaragaman Hayati dan Ekosisten di Eropa menyoroti hal tersebut setelah mencermati lebih dari 97 penelitian yang membahas seputar radiasi elektromagnetik dan pengaruhnya pada lingkungan. Dari keseluruhan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa adanya radiasi dari jaringan ini dapat menimbulkan bahaya seperti, melemahnya kemampuan radar burung dan serangga. Sebuah studi 2010 bahwa sinyal elektromaknetik yang terpancar melalui menara jaringan telekomunikasi berpotensi untuk membingungkan para burung dan serangga saat mereka bermigrasi.
Akibatnya, musim kawin dan bertelur pun akan terganggu. Tak bisa di pungkiri bahwa hal ini memicu turunnya populasi dari hewan-hewan tersebut.

Tidak hanya pada hewan, radiasi elektromaknetik juga ikut mengacaukan pertumbuhan sebagian tanaman. Metabolisme dari tanaman akan terganggu akibat adanya paparan radiasi tersebut.

Sementara itu dampaknya pada manusia belum bisa di pastikan, perlu penelitian lebih lanjut guna menganalisis dampak pada kesehatan akibat terpapar radiasi elektromagnetik sinyal 5G.

Sejatinya teknologi adalah yang bermanfaat dan mempermudah dalam kegiatan manusia, akan tetapi tidaklah mengesampingkan dampak bagi lingkungan. Manusia sebagai mahluk berakal harus bijak dalam mengambil keputusan. Untuk apa teknologi jika hanya menjadi racun bagi lingkungan??


EmoticonEmoticon