Pola hidup yang salah bisa mengakibatkan stress semisal kurang tidur, terlalu banyak kegiatan, hinnga kurangnya interaksi. Stres tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa menimpa anak-anak. Terlebih setelah memasuki usia sekolah, tekanan sosial dan tuntutan nilai akademis juga bisa menjadi pemicu stres pada anak. Disinilah tugas orang tua lebih memperhatikan anaknya supaya hal-hal tersebut bisaa di antisipasi.
Stres pada anak sulit dikenali. orang tua sering sekali mengabaikan hal tersebut, akibatnya anak bisa dalam tekanan mental atupun gangguan psikologi. namun ada beberapa tanda yang mengindikasikan anak sedang stres, seperti mengalami ganguan tidur, perubahan nafsu makan, emosi yang berubah-ubah, menjadi sering mengompol, sulit berkonsentrasi saat belajar, atau kesulitan mengerjakan tugas sekolah. Selain itu, gejala fisik juga bisa menyertai, misalnya nyeri perut atau sakit kepala, tetapi tidak semua anak mengalami gejala yang serupa. Peran orang tua sebagai lingkungan utama bagi anak di keluarga harus lebih peka, karena masa kanak-kanak akan mempengaruhi karakter anak saat dewasa.
Penyebab Stres pada Anak
Beberapa penyebab stres pada anak, meliputi:
1. Aktivitas yang terlalu padat
Terkadang, kita sebagai orang tua tidak menyadari bahwa aktivitas anak di sekolah telah menyedot sebagian besar tenaganya. Niat kita yang ingin memberinya pengetahuan tambahan setelah jam sekolah, misalnya les atau kursus, justru berisiko membuatnya kelelahan. Kesibukan setelah jam sekolah menjadikan mereka tidak memiliki waktu untuk bersantai atau bermain. Hal ini berisiko membuat anak menjadi stres.
Berikanlah anak kesempatan untuk bersantai. Bahkan mungkin beberapa jadwal kegiatannya usai sekolah bisa dikurangi. Namun, bila aktivitas tersebut tidak dapat dihentikan atau dikurangi, tanyakan bagaimana perasaannya tentang aktivitasnya. Sesi curhat mungkin bisa meringankan stres anak.
2. Kurang tidur
Anak memerlukan istirahat yang cukup, terutama setelah seharian beraktivitas di sekolah. Pastikan anak mendapatkan cukup waktu istirahat dan jangan sampai mereka mengalami kurang tidur. Kurang tidur bisa berdampak kepada mood, perubahan perilaku, kemampuan menilai, serta daya ingatnya. Saat tiba waktu istirahat, jauhkan anak dari getdet atau televisi.
Intimidasi
Intimidasi atau bullying yang menimpa anak, baik verbal maupun nonverbal, juga berisiko membuatnya merasa tertekan. Berikan dukungan pada anak agar dia bisa lebih percaya diri dalam menjalani hari-harinya di sekolah atau lingkungannya. Jangan lupa untuk berkomunikasi dengan guru guna memantau kondisi yang dialami anak.
3. Penyakit kronis
Anak bisa merasa stres jika mengalami hal berat, seperti ketika orang tuanya menderita penyakit serius atau anak sendiri yang mengalaminya. Kondisi serius pada anak yang bisa membuatnya stres antara lain bila ia menderita Human Immunodeficiency Virus/HIV, Down syndrome, obesitas, asma, serta Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD.
Bila mengalami penyakit kronis, anak bisa terasing dari pergaulannya atau kegiatan sekolahnya karena harus menjalani pengobatan. Bicaralah dari hati ke hati dengan anak, dan berikan dukungan mental padanya dalam melewati masa-masa yang sulit.
4. Perceraian orang tua
Sistem keamanan yang mendasar bagi anak adalah keluarga. Ketika orang tua bercerai, anak menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Jelaskanlah secara baik dan mudah dipahami oleh anak mengenai alasan Anda bercerai. Jelaskan pula kepadanya bahwa bercerai bukan berarti berpisah sama sekali. Selain itu, Anda dianjurkan untuk tidak menempatkan anak pada posisi di mana ia harus memilih salah satu orang tuanya, karena pilihan tersebut berpotensi membuat anak bingung dan tertekan.
Cara Mencegah Stres pada Anak
Sebelum anak mengalami stres, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegahnya, seperti luangkan waktu bersama anak, kurangi aktivitas anak, ciptakan suasana rumah nyaman, mendengarkan cerita anak, selalu berada di dekat anak.
Pada dasarnya seorang anak ini sangat membutuhkan perhatian dari orang tua, banyak di antara masyarakat,orang tua yang kurang peka terhadap anak, sehingga anak melampiaskan pada aktifitas-aktifitas lain dan cenderung negative demi memperoleh perhatian orang tua. Hindari menggunakan kekerasan terhadap anak, karena hal tersebut dapat mengganggu psikis dan mental anak. Orang tua sering salah persepsi dengan mengatakan memukul dan memarahi anak itu bentuk kasih sayang dari orang tua, namun hal tersebut salah itu hanya tindakan emosi yang di lampiaskan. Seorang anak perlu kasih sayang berupa kelembutan.
EmoticonEmoticon